Tuesday 13 November 2012

Kapital Exchange


     Malam-malem udah olahraga dorong-dorongan lalu ngacir secepat kilat lompat ke motor buat kabur. Konstruksi berpikir orang Jawa memang unik. Saat mantu (nikahin anak) biasa tetangga dan kerabat berbondong silaturahim beri selamat sekaligus menenteng tali kasih (yang dalam istilah antropologi-nya tak lebih sekedar) disebut "kapital exchange" atau pertukaran ekonomi yang bernilai sosial. Kapital exchange adalah sebagian kekayaan yang tak pernah benar dimiliki (sendiri) melainkan posisinya hanya berputar-berpindah tangan karena dipertukarkan. 
      Saat menikah orang diberi dan saat orang lain nikah gantian memberi. Kepanitiaan acara pernikahan adat Jawa selalu punya petugas pencatat sumbangan. Fungsinya? Bila A menyumbang Rp.50ribu buat pernikahan B, maka kelak B pula harus menyumbang senilai sama dalam perhelatan A (atau disesuaikan kurs nilai uang karena inflasi). Catatan sumbangan ini tak boleh hilang bahkan diwariskan ke anak cucu untuk diingat; bahkan hingga difotocopy agar bila hilang masih ada serep-nya. Jadi si Rp.50ribu ini hanya berputar-putar saja dari satu tempat ke tempat lain tanpa benar jadi milik alias setara pinjaman.
      Sampai di sini mungkin ada orang protes, lalu apa kaitan tulisan "sak gedabyah" (ungkapan menggelitik dalam bahasa Jawa untuk menyebut sesuatu yang sudah terlalu banyak) ini dengan kalimat berita di awal alenia pertama masOm???  Persoalan memang menarik ketika ada deviant (agen perubahan sosial yang dianggap aneh) melakukan tindakan tak biasa dalam komunitas. Semalam ku "njagong" (hadir di kondangan pernikahan) dimana tuan rumah sengaja tak menerima sumbangan. Ini sungguh tak biasa. Ku lihat beberapa undangan harus pulang kecewa karena amplop mereka ditolak dan dikembalikan. Untung aku berhasil baca suasana hati tuan rumah hingga memutuskan tak bawa amplop melainkan sekardus indomie berisi "sebongkah" sembako. Standar operasional menolak amplop itu sudah dipahami pejabat panitia "front office" di luar. Tapi sebongkah sembako itu persoalan lain yang harus segera dilaporkan baginda pemilik hajat. Sang baginda pun tak mampu memutus menolak tanpa menggelar rapat kabinet kilat di belakang layar. Uang adalah simbol kekuasaan yang bisa ditolak (itu perkara mudah), tapi sembako/makanan itu simbol tali cinta jadi menolaknya sama saja sebuah penghinaan. 
      Biasanya cuma ada dua standar operasional penolakan sembako/ makanan: pertama, mengganti bawaan dengan bungkus yang lain atau kedua, mengembalikan sepenuhnya (seperti semula) plus bawaan tambahan (sembako atau makanan juga). Opsi pertama biasa berhasil karena pihak penyumbang akan terkena pasal tidak boleh menolak sembako/ makan dari penilik hajat (sekalipun setelah dibuka di rumah ternyata bawaan sendiri dikembalikan). Opsi kedua biasanya kurang berhasil karena biasa orang menolak mentah-mentah barang pemberiannya dikembalikan. Tapi bungkus yang lain terpaksa harus diterima orang yang berangkat kondangan. Nah semalam, saat jelang pulang barang bawaanku dikembalikan dengan opsi kedua, maka pertempuran tolak menolak barang bawaan dengan kata dan tindakan pun terjadi sengit antar ibu-ibu. Kkkkwwkkkkk... pembaca budiman, tentu ini hanya sandiwara kultural. 
      Walau sandiwara tapi mereka harus jalani serius karena karena inilah tradisi kebudayaan. Pemilik hajat sebenarnya tahu bahwa mereka tak kan berhasil mengembalikan demikian hal orang berangkat kondangan juga ngerti bawaannya tak sungguh-sungguh akan dikembalikan. Suasana hampir seperti adu pencak silat saat mempelai pria akan dinikahkan dengan mempelai perempuan pada masyarakat Betawi. Pertempuran ibu-ibu saling menolak sumbangan biasa berakhir damai. Tapi tak jarang aneka tipu muslihat pula dimunculkan para bapak untuk memecah perhatian. Saat ibu-ibu saling dorong halus para bapak kerabat mempelai ada yang menggoda anak-anak. Saat terlena perhatikan apa yang diberikan pada anaknya, pemilik rumah segera menaruh barang ke mobil atau cantolan motor. Tapi bila segala cara mengembalikan dipandang tak berhasil tuan rumah harus rela hanya bisa mengembalikan berupa bungkusan lain (yang sedianya tambahan). Kkkkwwwkkk demikian unik konstruksi berpikir orang Jawa.

Saturday 29 September 2012

Cemburu Manula


Ngelihat suami-istri usia senja sekitar 70-an tahun berjalan lenggang gemetar bersama berbalut pakaian-training. Senyum dan bergandeng tangan, cerianya mereka menyambut mentari pagi. Ah ingatan jadi terlempar dua hari lalu. Silaturahmi ke rumah tetangga lama sekaligus guru les matematika jaman SMP. Waktu itu beliau sudah pensiun pula jadi nggak kebayang kan bagaimana kondisi saat ini. Masih sehat tapi sehatnya orang tua bagaimana sih bisa kebayang. Ya walau sudah diles tetap aja aku bodoh matematika mungkin karena lebih banyak diajak ngobrol tentang hidup dan kehidupan daripada materi les. Ha..ha.. bingung juga kenapa saat itu aku juga bisa nyambung ngobrolnya ya. Tapi setelah kematian istrinya 2 tahun beliau jadi lebih renta. Dua anaknya yang telah persembahkan cucu manis-manis (tampaknya) makin kebingungan dari-hari ke hari menyikapi orang tua mereka. Orang tua ini jadi sering melow, sedih, bingung, melamun dan kadang uring-uringan sendiri tak tahu apa yang diingin. Lebaran kemaren anaknya berkabar via telepon dan mengabarkan bahwa lalu namaku sering disebut-sebut dalam perbendaharaan kosa kata harian. Aduh jadi nggak enak juga apa hubungan aku dengan semuanya? 

Sayang waktu sulit berluang untuk silaturahmi untung kemarin sempat. Ngobrol dari A ampe Z kalau merek mobil korea mah Hyunday "AtoZ" (A to Z= dari A ampe Z). Cerita mulai dari nakal saat kanak-kanak, iseng remaja, ketemu jodoh, pacaran bersepeda, menikah, ampe keluar anak-cucu, dan endingnya ditinggal mati istri 2 tahun lalu. Haduh... kalau dia BJ. Habibie pasti ditulis bukunya laku. baru tahu juga ternyata saat menikah ia laki-laki lajang lulusan SPG dan guru bantu, sementara istrinya dan istri pernah bercerai dengan tentara berpangkat tinggi. Mereka berpisah karena perselisihan keluarga besar bukan masalah internal. Ukuran sukses saat itu adalah sepeda ontel khas oemar bakre dan motor. Si tentara sudah bermotor dan rumah dinas sementara mas Guru satu ini masih bersepeda onta yang rantai dan pedal copot melulu. Belum lagi ban roda yang sering gembos disumpal dengan ban bekas biar tak usah repot mompa lagi. De..el..el (aduh kalau dicerita lagi bisa aku memindah perjamuan saat itu ke hari ini di FB. Bisa pada ketiduran orang baca kisah ini).

Nah dari cerita bingkai berbingkai ini jadi ketemu kenapa mendadak beliau bergaya layaknya anak ABG lagi sepeninggal istri. Rupanya beliau cemburu pada istrinya. Baru tahu bila eks guru negeri teladan ini pencemburu berat. Tapi bukankah saat ini istri sudah meninggal apalagi yang musti dicemburui? Sederhana masalahnya, beliau cemburu pada malaikat-malaikat tampan yang bakal mengunjungi sang istri di surga nanti seperti dalam kisah kitab suci. Aduh rada pusing juga kalau begini urusan. Seandainya beliau pernah belajar hermeneutika tentu akan mudah meraba barangkali tokoh malaikat cantik dan tampan sekedar personifikasi aneka kebahagiaan tak terkira di surga (bukan selalu fisik manusia menawan). Jadi tak mungkin berhermeneutika-ria dengan beliau. Lalu aku bilang bahwa bukankan bila kita manusia baik pula yang layak hidup di surga bisa menemui orang tersayang kelak, "Panjenengan bisa berkumpul lagi dengan ibu kelak di surga" (kata "panjenengan" adalah bahas Jawa halus untuk menyebut seseorang terhormat. Di tual dugaan jawab beliau,"Itu masalahnya, apa dayaku, aku tentu kalah hebat segalanya dibanding dengan malaikat-malaikat itu. Dia bahkan mungkin juga tak kan ingat aku lagi. Akan banyak malaikat tampan muda di sekelilingnya!" Waduh susah juga ya sama-sama belum pernah lihat surga lalu aku berandai-andai bagaimana dengan bidadari-bidadari muda dan cantik? Di luar dugaan beliau menjawab,"Aku cuma ingin dia bukan yang lain." Jrengggg...... sayang waktu ucapan itu tiada musik pengiring seperti di sinetron atau operet. Rupanya pengalaman minder selama hidup beliau diterapkan untuk memproyeksi kehidupan surga. Ya barang tentu strees. 

Bla..bla..bla.. ending cerita jelang pulang anak-anak beliau bertanya, "Bapak kenapa?" Aku cuma bisa jawab beliau cemburu sama para malaikat di surga dan memilih sisa hidupnya akan tersita buat berdoa semoga istrinya akan ingat dia kelak. Aku cuma sarankan ke anaknya supaya sering luangkan waktu buat menemani dan bikin cerita (walau cuma ngarang demi kebaikan). Bikin cerita seolah sang istri sering memuji beliau di depan anak-anak saat masih hidup, bikin ia yakin, cuma itu yang bisa besarkan jiwanya. Bila energi hidup perempuan adalah "semangat pengabdian", sementara energi hidup laki-laki adalah "keyakinannya", jadi masing-masing akan mati atau "mati" tanpa itu. 

Semoga beliau dikarunia usia panjang yang maanfaat dan khusnulkhotimah bila suatu saat berpulang.

Monday 3 September 2012

Too Much Love Will Kill You


"Too Much Love Will Kill You...." begitulah potongan lirik yang dilantun Freddie Mercury saat kejayaan Queen sekitar tahun 1988-an. Beruntung siang ini aku bisa menikmatinya lagi dari siaran radio streaming online sambil santai. Ah ingatanku jadi terlempar pada keluhan teman beberapa waktu lalu. Tampaknya ia gamang melepas anak hidup bersentuhan dengan kehidupan nyata (baca: sesungguhnya). Ia sela
lu ajari anak laki-lakinya yang menginjak SMA bahwa kehidupan di luar rumah demikian ganas. Kalimat yang selalu meluncur dalam nasihat andalannya adalah, "...kamu memang sudah besar tapi kamu belum tahu apa-apa tentang kehidupan ini, kehidupan ini begitu luas, ganas dan masih banyak yang belum kau tahu." 

Suatu saat nasihat ini jadi senjata makan tuan ketika anak harus pulang ke pesantren sementara orang tua tak bisa antar karena tertawan pekerjaan. "Bagaimana ini?" Anakmu sudah mampu berangkat sendiri tanpamu kataku. "Sembarangan, anakku ini laen, dia khusus bagiku, dia beda dengan anak laen (baca: anak orang lain) kasihan dia bla...bla... bla..." "Too Much Love Will Kill You...." tiba-tiba syair itu terngiang dalam kepalaku. Wahai orang tua, siapa sih yang nggak sayang sama anak? Semua orang tua berpikir sama seperti itu. Walau anak tak ada (maaf) cacat, tiap orang tua selalu merasa anaknya khusus, lain dari yang lain, kasihan, dll. (disadari atau tidak). Tapi sayang/cinta itu tak harus bikin kita memasung anak dalam sangkar emas berlapis peredam benturan selembut manisan marshmallow (saking takut anak cidera anak). Ha...ha..ha.. anak juga butuh berkembang seperti kebanyakan anak seusianya. Sangkar marshmallow mungkin tak ciderai fisiknya tapi bagaimana dengan perkembangan jiwanya?

Banyak anak tak mampu bersepeda karena orang tua takut anak cidera jatuh. Banyak anak tak mampu bersosialisasi dengan orang lain (misal orang kampung/ miskin/ tua/ asing/ lawan jenis/ dll) --orang yang berbeda status dengan dirinya karena orang tua batasi pergaulannya demi "keselamatan" atau "jangan sampai terjadi apa-apa." Ada pula orang tua yang memilih pendidikan home schooling untuk anak agar terhindar dari dampak negatif pergaulan remaja lain. Ada orang tua yang tak ijinkan anak main dengan beda agama, beda suku bangsa, beda kasta, dll. Terbayang nggak kerugian seumur hidup apa yang bakal diderita anak demi "jangan sampai terjadi apa-apa" itu?

"Too Much Love Will Kill You...." Orang boleh beda pendapat dengan tulisan ini tapi saran yang patut dicoba adalah: IJINKAN ANAK KITA BERKEMBANG SEPERTI UMUMNYA ANAK SEUSIANYA. Dunia kita sekarang sudah lain, kejahatan di mana-mana, penyakit merajalela, kondisi lalulintas makin mengkhawatirkan, bla...bla...bla.. Itu yang sering dkemuka orang tua tapi sejak kecil aku pun sudah mendengar itu dari gosip ibu-ibu antar pagar rumah. Artinya apa? Ya semua kekhawatiran dan yang dikhawatirkan itu sudah ada sejak dulu. Bahwa kondisi sekarang makin parah? Ah tiap generasi telah dipersiapkan Tuhan untuk menghadapi era-nya. Saat remaja aku bangga mampu menggeber motor 70cc aku hingga mentok, saat itu ayahku bilang separoh gas aja sudah kabur pandangan (wajar saat ayahku remaja cuma punya sepeda dan motor kumbang). Tapi saat ini aku tak lagi mampu begitu karena motor sekarang 125cc ke atas, separoh gas aja aku tak mampu lihat jalan dengan jelas. 

"Too Much Love Will Kill You...." Lalu apa yang dibutuhkan? Nasihat dan arahan konstruktif, dialog antar generasi (saling sadari gap perspektif ), pendidikan positif, religiusitas, dan tiuplah doa selalu. Selanjutnya biarlah Tuhan bekerja dan ijinkan anak menempuh ujian akhir untuk tiap nasihat yang sudah dibekalkan orang tua. Tiap butir nasihat adalah teori maka ijinkan anak mengujinya di laboraturium raksasa Tuhan dan tugas orang tua untuk mendapinginya. Tak mungkin orang belajar sepeda tanpa jatuh dan tugas orang tua tolong ia saat jatuh. Cinta itu bukan mengurung-memenjarakan, cinta sejati itu membebaskan dari ketidakberdayaan.

Friday 27 July 2012

Perkosaan Terorganisir Cuma Diancam Kurungan 5 Tahun?



Berita di Metro TV (26/7) sebutkan bahwa ke lima pelaku perkosaan angkot akan diancam hukuman 5 tahun penjara. Istilah diancam itu merujuk pada kemungkinan tuntutan jaksa sementara dengan sedikit aksi pembela keputusan bisa berkurang dari tuntutan. Problemnya adalah ancaman hukuman 5 tahun penjara sangat tak sebanding dengan dampak perbuatan pelaku apalagi masih mungkin dikurangi. Analisis Antropologi Hukum melihat bahwa apa yang mereka lakukan bukan lagi sekedar perkosaan biasa melainkan ada pemberatan berupa terencana, masif, dan menebar “teror”.



Aksi perkosaan mereka bukan sekedar akibat tak mampu kendalikan birahi sesaat melainkan telah melalui perencanaan matang, terorganisir, dan boleh dikata profesional. Politisasi sexual telah terjadi dalam kasus ini.  Pemerkosa menjarah harta benda korban sementara perkosaan dilakukan sekaligus untuk menutup mulut korban agar tak mengadu tindakan pelaku karena malu karena secara kultural korban perkosaan akan mendapat stigma negatif di masyarakat. Ingat bahwa Gubernur pun sanggup menyalahkan perempuan konsumen angkot dalam hal ini tanpa berbuat logis (yang menjadi tugasnya) perbaiki sistem angkutan umum ibukota agar lebih layak, praktis dan aman. Dampak sosial kasus ini bila dibiarkan adalah pertama, traumatik para perempuan konsumen angkot padahal angkot satu-satunya sistem transportasi realistik ibukota. Kedua, teori imitasi (meniru gaya pelaku) bisa meluas menyebar ke daerah lain manakala keadilan hukum tidak berefek jera apalagi sistem transportasi tak ada perubahan. Ketiga, efek traumatik sosial mungkin bisa lahirkan pengadilan massa di jalanan walau ini kecil terjadi dalam masyarakat dengan kesibukan tinggi seperti Jakarta. Namun demikian pengadilan massa cuma perlu dua faktor pertama, tingkat kejenuhan tinggi (kesal tak tertahan) dan detonator (peristiwa pemicu).


Sebuah aksi kriminal rentan mewabah bila tak disikapi dengan benar oleh negara demikian halnya kasus perkosaan angkot ini. Tanpa usaha perbaikan fasilitas transportasi, pelaku operator, dan  keamanan-nya boleh jadi kasus ini menjadi bibit bencana kemanusiaan masa depan. Perubahan sosial budaya negatif tentu telah menanti salah satunya kembali memasung perempuan dalam penjara domestikasi karena alasan keamanan. Sekali lagi perempuan menjadi korban ketidakbecusan penyelenggara (baca: pemegang amanah) pembangunan.

Monday 16 July 2012

Takut

Kemaren malam habis isya'...... "Ayah gelap!" Sssst.... cuma mati lampu kataku. "Nggak bisa lihat..." Anakku, manusia dicipta sempurna lebih dari mahluk kebanyakan, diam sebentar sayang... ijinkan matamu terbiasa... lalu kau akan melihat lebih... "Itu di atas apa Yah?" Itu balon lampu neon Phillip. "Ko putih, lampu kan mati?" Itu partikel serupa fosfor buat tolong orang berjalan saat tiba mati lampu. "Kalau putih yang itu...?" Itu handukmu ketinggalan di kursi kan? "Ko jadi banyak kelihatan putih?" He..he.. itu karena penglihatanmu makin terang sekarang dan warna putih paling mudah terdeteksi mata. "Aku takut Yah..." Anakku, semua orang takut pada hal-hal yang belum diketahuinya tapi hidup harus terus berjalan.

Monday 18 June 2012

Konflik Agama atau "Konflik Agama" ?



Ampunnnnn... rasanya mengikuti konflik etnis di Myanmar. Kenapa agama-pake di bawa2. Itu kan konflik etnis, wilayah, kepentingan ekonomi, dan kewarganegaraan. Muslim Myanmar bukan orang asli Myanmar melainkan eks imigran gelap Bangladesh yang mungkin juga tidak sepenuhnya muslim (baca: belum tentu mukmin=taat, sekedar punya tradisi muslim). Hal yang juga terjadi pada konflik Palestina-Istrael, Pakistan-India, Moro-pemerintah Philipina, pula konflik Thailand selatan dengan pemerintah Pusat Thailand. 




ABG Palestina yang sering diidentifikasi sebagai gerakan intifada --yang suka lempari batu tentara Istrael atau yang main2 rakit rudal panggul (baca RPG) buat diluncurkan ke perkampunga Istrael tidak seluruhnya muslim. Anak-anak usia SD-SMP ini bahagia dengan aktivitas mereka sama seperti anak-anak Jawa merangkai mercon di bulan Ramadhan. Bedanya anak-anak Jawa cuma produksi suara sementara ABG Palestina bila beruntung bisa melubangi tank Merkava Mk.4 atau M1 Abrams. Setidaknya mereka bisa membuka 6 atap rumah sekaligus dalam hitungan detik di perkampungan Istrael. Dalam kepala mereka bukan selalu memperjuangkan hak muslim semata melainkan lebih konflik wilayah. 


Konflik Pakistan pula karena tak satu etnis dengan India walau mereka hidup di atas benua sama (yang mereka sebut sebagai) Bharat Matta (belaian bunda). Pakistan dalam sejarah adalah keturunan Monghul (kurang lebih hari ini bernama Irak) yang pernah menginvasi India sebelum Masehi. Konflik internal tanah jajahan memaksa kolonial Inggris pusing dan memisahkan mereka dalam dua negara (yang bersaing). 


Konflik di Philipina selatan berakar mirip dengan Thailand selatan. Orang Moro di Philipina selatan merasa bukan bagian masyarakat Philipina (yang didominasi etnis Filipino) melainkan orang Melayu yang dideskriditkan oleh negara. Demikian halnya dengan masyarakat di Thailand selatan mereka lebih merasa sebagai etnis Melayu (bukan etnis Thai yang mayoritas dan dominan). Multikultur itu bukanlah pilihan melainkan sebuah realita budaya dalam hidup. Pilihan sesungguhnya adalah mau hidup damai bersama atau terus konflik yang berujung kontraproduktif bagi kesejahteraan. 


Simplifikasi seringkali dilakukan orang dari luar wilayah konflik. Agama sering menjadi tautan emosional empati dalam penilaian politis konflik. Kondisi ini yang bikin sebuah konflik mudah meluas bahkan melaju untuk tujuan berbeda. Pada sisi lain agama pula sering digunakan sebagai komoditas penggalang solidaritas (mempersatukan komunitas) dalam belaian Sang Adikodrati yang abstrak tanpa cela. Persoalannya adalah apakah tokoh2 "penganjur" solidaritas agama untuk konflik adalah tanpa cela? Sekali lagi Sang Adi Kodrati boleh tanpa cela tapi demikian kah dengan para penyembah tottem Sang Adikodrati-nya? Para operator dan konsumen solidaritas agama (yang masih berwujud manusia itu) bukanlah tokoh yang bebas dari kepentingan politik. 




Tuesday 12 June 2012

Bangsa Maju tak Harus Kaya Sumber Daya

Satu proposal penelitian dah jadi.... ah senengnya puas bisa terkirim. Bisa kembali nikmati suguhan acara NHK Jepang kemaren tercampakkan. Sebuah stasiun televisi pemerintah Jepang yang menurutku jago bener bikin liputan budaya memukau. Sore ini giliran seni lukis telur. Salah satu tokoh yang diangkat bernama Ohara. Bangsa maju memang tak mesti kaya apalagi harus berlimpah sumber daya. Menurutku bangsa maju adalah ketika masyarakatnya ikhlas menekuni pekerjaan dan hobby masing-masing kemudian membiarkan orang lain riang menikmatinya.

Friday 8 June 2012

Salah Tak Rasa Salah


Jalanan makin tak aman. Semalam ada motor tanpa lampu ngelintas kenceng bener ampe hampir nubruk. Bila jumpa satu motor itu masih bisa dibilang kebetulan tapi ini berkali. Begitu pula malam-malam sebelum ini. Kayanya apa emang life style hari ini kale. Anak muda suka sebut free-style buat tindakan "postmodernisme" berkendara motor alias acak2an. Kadang heran juga motor-motor baru tapi masa lampu putus? Lampu aus korban peraturan lampu harus nyala siang atau emang nggak dinyalain? Klo emang life style ya mati dah.... rontok sistem budaya adiluhung yang pernah kita punya. Saat ku kecil orang mengendara motor tanpa lampu masih tahu diri dengan jalan pelan. Mereka justru ngerasa bersalah. Sayang Hari ini seolah rasa itu udah lenyap: udah salah pakai motor lampu mati justru jalan kenceng lagi. 
Btw soal rasa bersalah telah lenyap hari ini..... seperti ada kaitan dengan konsep jagat gede-jagat cilik (dunia kecil-dunia besar) yach....... Perilaku jalanan adalah jagat cilik sementara apa yang dicontohkan para pesohor pengampu negeri adalah jagat gede-nya. Pejabat atau artis berbuat mesum gak mau ngaku atau sekedar mundur menghilang dari publik justru semakin menantang pembuktian media dan masyarakat. Pula demikian pejabat tersangka skandal korupsi tetap bertahan opininya sampai kondisi bener2 tak mampu lagi dikendalikannya. Mereka demikian gagah dalam jumpa pers dengan media dengan lambaian senyum bak selebriti atau tantangan garang dengan deret advokat dan bodyguard yang disewa. Bahkan dibalik terali pun masih lantang berkukuh diri sebagai korban konspirasi. 
Sungguh PR yang terlalu berat buat perbaikan budaya bangsa yang sudah terlanjur runtuh ini. Itu pun bila ada yang masih peduli mau dan ingin memperbaiki. Bagaimana kasus Century? Ah siapa peduli... apalagi fenomena kekacauan budaya semacam ini. Semoga bangsa ini tidak terlanjur terbiasa dengan segala sesuatu yang tak pernah selesai.

Thursday 7 June 2012

WAGs


         Di Indonesia ada persatuan istri PNS dan PNS perempuan bertajuk Dharma Wanita. Ternyata di dunia sepak bola Inggris juga ada nama WAGs. Anggotanya tentu para istri dan pacar pemain bola. Menurut Wikipedia istilah WAGs mulai populer tahun 2002 dan nuansanya memang rada miring juga kkkkwwwkkk.... Kata Wikipedia, "It was never guaranteed that the wives and girlfriends (or "the Wags", as staff at the Jumeirah Beach Club call them for short) would get along. Mrs Beckham's tongue, for one thing, has previously run away with itself. Maksudnya ya jangan nagis kalau tak seberuntung istri Beckham alias dicerai atau diputusin, maklumlah jadi kekasih selebriti berduit= nasib serasa selalu diujung tanduk.
     Berita terbaru WAGs terkait EURO 2012 adalah mereka berniat patungan sewa pesawat jet mahal buat saksikan para kekasih mereka berlaga di Polandia dan Ukraina. Sederhana karena mereka bisa pulang kapanpun tanpa jadwal penerbangan reguler. Mereka juga tak berminat menginap karena masyarakat dua negara Eropa itu terkenal tak ramah bahkan rawan rasisme terutama buat kulit hitam. Pebola kulit hitam Inggris pun tercatat sudah layangkan ijin tak ikut kompetisi di dua negara ini karena takut pulang dalam peti mati. 
     He...he... fokus cerita ini sebenernya bukan membidik kasus rasial tapi si WAGs ini sendiri. Agaknya fenomena WAGs akan segera booming di tanah air itu berkaca pada prestasi olah raga basket tanah air yang kurang membanggakan tapi justru cheerleader yang lebih mengemuka, olahraga bola yang tak kunjung membumbung prestasinya melainkan komentator, cafe nonton bareng, sinetron khayal bola macam si Madun, club seporter dan boneknya. 

Mari tersenyum untuk perubahan lebih baik.

Tuesday 5 June 2012

Republik Negosiasi


Cari semangka di deret kios buah depan pasar raya Salatiga. Saat nawar rada kaget karena dapat protes lirih, "Kok ditawar Yah...?" Ya iya musti ditawar kalau beli di sini. "Kalau di toko?" Kalau di toko ya jangan, kagak boleh. "Lho kemaren ayah beli di toko kok ditawar yooo..." (aduh medhok Salatiga banget). Di mana di tawar tanyaku. "Itu di toko listrik itu." Tangan mungil menunjuk toko Gloria di sebelah. Waduh mati gimana jelasinnya, kacau dah definisiku tadi. Sambil jalan pulang aku coba jelasin sebisa aku terserah dia ngerti atau tidak. Kata orang-orang tua anak2 menyimpan informasi yang di dapatnya sekalipun tak mengerti untuk dibongkar (dianalisis) lain hari ketika ia mendapat pasangan variabel yang dibutuhkan untuk mencerna. Anakku, masyarakat Indonesia tidak mengenal harga fix dalam jual beli kata Geertz. Mereka lebih menyukai harga luncur yang dihasilkan dari tawar menawar. Mungkin "kepuasan" itu budaya juga bukan sekedar psikologis. Penjual memilih bersibuk ria  bertaruh harga dalam permainan tawar-menawar dengan harapan untung yang lebih tinggi. Kepiawaian mempertahankan harga dan menawar menjadi kebanggaan tersendiri dalam masyarakat. Meninggalkan penjuan dengan barangnya tanpa menawar menimbulkan galau tersendiri bagi pedagang sebaliknya barang tak boleh ditawar juga buru-buru akan ditinggal atau dicap mahal oleh pembeli. 
Budaya tawar-menawar berkembang jadi karakter penyakit manakala saling tipu menipu sebelum arena tawar menawar dibuka. "Nawar kok seperempatnya, nawar itu setengahnya malah kurang dari setengahnya terus naik...naik... gitu," demikian nasehat nenekku dulu. Jadi orang sudah menaikkan sekian kali lipat agar bila ditawar seminimal mungkin juga masih untung berlipat. Di sisi lain pembeli pun sudah tak asing lagi bahwa  kebiasaan itu biasa dilakukan pedagang. Boleh dibilang sama-sama tahu. akhirnya tinggal budaya kepuasan saja dalam lingkaran permainan tawar-menawar. Dipandang dari sudut pandang lain sesungguhnya ini kontraproduktif. Berapa waktu terbuang dan  tersita buat tawar menawar? Bukankah untung sedikit tapi cepat dan pasti memungkinkan segera memutar modal berganti koleksi. Bukankan Segera menuntaskan pembelian lebih produktif waktu bisa digunakan kerja lagi. Tapi masyarakat ini tentu menolak mentah-mentah pikiran logis ini. "Itulah seni-nya jual beli," kata seorang temen yang makelar mobil.    
Kebiasaan tawar menawar membawa kebudayaan ke dalam proses pembusukan manakala tradisi tawar menawar ini mulai bermain mata dengan budaya menerabas. Kena tilang polisi tawar menawar, DPR mau putuskan sebuah produk hukum tawar menawar proyek, penegakan hukum narkoba Corby tawar menawar dengan Australia. Tidak ada sesuatu yang pasti akhirnya berkembang di Republik ini bahkan hingga masalah hukum, keadilan, dan kesejahteraan. Republik Negosiasi mungkin pas untuk disematkan. Pancasila dan UUD45 sebagai produk hukum tertinggi negara mengatur bahwa semua agama berkedudukan sama namun untuk melakukan misa saja harus dikejar-kejar, sudah tiba di tepi jalan masih digusur pula sampai entah kapan negosiasi berakhir. Apapun yang terjadi negara ini harus tetap kita cintai anakku.... ternyata kamu sudah tidur.

Refleksi Hari Kebangkitan Bangsa


Seharian terjebak dingin AC ruangan dalam Seminar Nasional Membangun Karakter Bangsa melalui Pemantapan Kebudayaan Nasional dan Kesadaran Historis di UNDIP Semarang. Sayang pembicara dan tema kurang menggigit. Perspektif panitia juga masih rancu antara kebudayaan dengan kesenian (sementara kesenian hanya bagian kecil dari kebudayaan yang menyuguhkan adiluhung dan keindahan). Tidak ada hal baru tapi menginspirasi. Keyword menarik adalah "amnesia historis" dan "Java en biten gewsten". Tema yang hampir mirip hampir ku sampaikan dalam seminar kebangkitan bangsa beberapa minggu lalu sayang kecocokan tanggal pelaksanaan tak tercapai. 
Bangsa Indonesia lupa bahwa mereka adalah plural dan multikultur yang terjajah di masa lalu karena terpecah belah demi kepentingan lokal sesaat. Kapitalisme dan kolonialisme telah menjadi musuh bersama hingga menyatukan paksi-paksi kelompok kultur berbeda dalam imagine nation bernama Indonesia. Problem muncul ketika hegemoni negara (pusat) melemah dan orientasi tantangan berubah. Pada masa lalu Indonesia disatukan oleh mitos nasib yang sama sementara bangsa hari ini disuguhi realitas nasib yang berbeda. Ketimpangan terjadi dalam kerangka pusat-daerah, Java en biten gewsten (alias Jawa dan luar Jawa), partai, status sosial, dll. Uang yang berputar tertahan di Jawa sementara di Jawa sendiri lebih terkonsentrasi di Jakarta, padahal di Jakarta juga cuma mengganjal di kantong2 segelintir tokoh. Pembangunan tersetrata menurut terminologi ini. Belum lagi hak/kwajiban atas hukum yang berbeda di masyarakat (ambil contoh kecil lihat perilaku berlalulintas Harley Davidson di daerah). Sadar nggak sih aneka ketimpangan2 mengakses hak/kwajiban kemanusiaan suburkan komunisme, fundamentalisme, premanisme, anarkisme dan kriminalitas? Sparatisme kedaerahan, nepotisme, dan agama-isme akhirnya menjadi benteng terakhir bagi "pengamanan aset pribadi" oleh masyarakat. Masyarakat tumbuh jadi pribadi individualis, praktis (penerabas/jalan pintas asal selamat), gemar pungli (pungutan liar), dan eksklusif. 
Bila tak boleh disebut negara gagal yaa bangsa ini yang gagal memupuk nasionalisme. Bangsa ini minim produktifitas dan prestasi yang mampu membanggakan warganya sebagai bangsa Indonesia. Akibatnya mereka mencari kebanggaan dalan kesukuan, kelompok sosial, dan agama sentris. Jangan lupa bahwa suburnya geng motor, remaja pengelana (menggelandang) bergaya punk dijalan, secooter bodol (bahasa Makasar: tapo-tapo), aksi graffity, terorisme, perkelahian pelajar, bonek, kerusuhan, dan aneka masalah sosial serupa adalah sekedar dampak. So... apakah kita hanya akan menunggu semetara anak2 kita hidup dalam alam carut marut ini untuk mendewasa? Bangsa ini harus sibuk pikiran dan fisiknya dalam skala nasional. Cuma ada dua pilihan, tunggu pemimpin hebat yang belum tentu datang tepat waktu atau mari berbuat sekalipun dalam skala mini.

Perguruan Tinggi Perlu Tumbuhkan Jiwa Enterpreneur


Bulan-bulan begini tiap kampus tentu tengah berkonsentrasi bagaimana mendapatkan sebanyak mungkin mahasiswa baru. Peta persebaran alumni digelar, data sekolah potensial penyumbang mahasiswa kembali dibuka-buka, serta grafik pertumbuhan populasi mahasiswa baru dari tahun ke tahun kembali dianalisa sebagai patokan tahun ini harus meningkat. Tapi jauh di hati kecil kadang tersirat berapakah angka alumni yang masih menganggur? Data kualitatif alumni berhasil sudah sering diulas tapi data alumni menganggur? Adakah yang peduli? 
Saat bertemu rekan sejawat iseng aku tanya berapa jumlah mahasiswa baru, populasi prodi serta jurusan biasa jadi obrolan pembuka. Tapi berapa alumni yang menganggur boleh jadi sampai obrolan selesai pun tak tersentuh. Umumnya mahasiswa baru berbondong kuliah membawa bayangan kelak terpasang formasi formal negara atau setidaknya posisi formal lembaga swasta sementara tak terbesit sektor informal bahkan non formal bakal harus siap digelutinya nanti. Mahasiswa harus disiapkan dengan format khusus bukan sekedar menunggu panggilan formasi PNS melainkan pula siap mengisi formasi NGO/LSM dan lembaga pemberdayaan masyarakat lainnya bahkan menjadi enterpreneur.
Jenjang ini diperlukan penyiapan mental spiritual yang tak bisa main-main. Pada tataran brosur sosialisasi saja kita masih sekedar menawarkan peluang kerja aras formal negara. Program studi ini akan mencetak mahasiswa menjadi tenaga ahli di bidang keguruan, hakim, panitera, dll. Kalau mau jujur berapa sih peluang mendapatkan posisi itu? Zero growth adalah persoalan lain juga. Kalaupun menawarkan impian masa depan adalah sebuah "bantuan" agaknya tak perlu tanggung membantu untuk sekalian membuka cakrawala dunia-dunia pekerjaan baru yang dapat digeluti alumni. 
Sepuluh tahun silam mungkin orang tak terpikir bahwa membuat program internet silaturahmi macam Face Book bisa menjadi milyader. Sepuluh tahun lalu tak terpikir orang bahwa menasehati orang (non pengajian) bisa seperti Mario Teguh. Sepuluh tahun lalu orang nggak terpikir bahwa production house bukan hanya menghasilkan acara TV melainkan mampu membangun jaringan kerja sosial sambil memutar roda kapitalisme nasional semacam Kick Andi. Jangan biarkan alumni mengandalkan otodidak dalam hal ini, kampus harus bertanggungjawab atas produknya. Ketika Arif Budiman terlunta di pecat institusi kerja almamater menariknya untuk bekerja, ketika Habibie tersungkur oleh petualang politik di negerinya almamater menyerapnya kembali semata produk jangan sampai tersia-sia. Sudahkah kampus berpikir demikian. Bila tak mampu serap lagi setidaknya mampu membuka impian yang lebih luas bukan sekedar mimpi jadi PNS.

Tuesday 8 May 2012

Simbolis Belaka

"He... gimana kabar? Baik jawabku sambil mengingat siapa orang di depanku. Perempuan 40an tahun, 175-an Cm, putih, diameter pinggang nggak lebih dua telapak tangan berbalut span batik sepaha, gerai hitam rambut keriting yang dilurusin pake shmooting (bukan rebonding), BlackBerry 9360 Apollo di tangan kiri, Dompet Prada coklat buaya di jepitan jari kanan, liontin mutiara onix, dan balutan kaki sekelas koleksi butiknya Roger Vivier. Bagaimana mungkin kenal dengan orang beginian. Kalo bakul nasi kuning di pasar mungkin. "Ko bengong , masih inget gua nggak, lupa atau pura-pura lupa." Nggak... nggak ingat jawabku. "Yuuh PP (gaulnya "pura-pura") pake lupa, udah sibuk sekarang?" Perasaan nggak lupa memang belum kenal jawabku. "Lho kita kan atu team waktu itu Redbull tahun lalu." Masa sih, itu acara apa? Entah mulai kesel atau sudah rada sangsi, "Ini Pak Rully Pertamina kan?" Bukan, saya ke Pertamina cuma kalau beli bensin doang jawabku. "Oh, maaf salah orang..." (dan kabur). Indonesia banget... salah main kabur, kaya koruptor. Tiba-tiba anakku nanya, "Siapa Yah?" Orang Indonesia jawab-ku. "Ko orang Indonesia."  Anakku, negeri ini tidak mengenal rasa ikhlas. Terlalu banyak orang di negeri ini yang merasa telah berbuat banyak  padahal yang dikerjakannya sekedar berkata-kata tanpa makna. Sekedar "simbolis" seperti ucapan 'maaf' sambil ngeloyor tadi.  

Keluhan Anak Bangsa: Bolehkah?




Bangsa multikultur (bhineka tunggal eka) yang nggak sadar jati drinya, bangsa maritim yang lupa punya laut (bahkan lupa cara berenang), bangsa kepulauan yang lupa bahwa distribusi harus sampai seberang, malas belajar kesalahan sejarah yang berujung 3,5 abad kolonialisme, hobby berantem buat masalah kecil hingga bikin konflik sosial, paternalistik sejati (sekedar cari patron buat berlindung) tapi takut bersaing mandiri (Jawa:ijen2), tumbuh jadi masyarakat individualis yang merasa aman masih hidup ketika tetangga mati (padahal tetangga mati berarti tinggal tunggu giliran jg). Nggak salah ada lelucon otak bangsa Indonesia berharga paling mahal di antara bangsa lain karena kondisi bagus jarang dipakai.

Wednesday 2 May 2012

Peradaban

Selamat pagi mentari pagi apa kabarmu. Kutemani sambil ngopi tubruk ya.... Hhhh..... pag-pagi sudah bikin dosa aku. Barusan taruh dua biji pindang di selembar kertas di teras. Jengkel akhirnya karena kucing tak sedia melahap. Jangan protes seadanya dimakan knapa sih???? Sama sekali tak disentuh. Dasar pedagang pasar gerutuku pasti formalin lagi. Terserahlah kalau mau ada cuma itu lalu aku duduk hampiri facebook laptopku. Betapa kaget ketika penampakan putih berkaki empat berkelebat seketika pindang pun hilang. Kucingku cuma bisa tegakkan bulu tanpa perlawanan. Tadi nggak dimakan sekarang bingung cari mencari. Tapi sebentar, kalau kucing liar mau pasti kucing rumah jelek ini mau pula. Ya Allah sorry kucing ada yang aku lupa lalu. Ku ambil piring kucing dan pindang pengganti. Lahapnya dia makan! Ya Allah.... bener2 udah berperadaban ini kucing. Kalau bukan kesayangan anakku udah aku buang kamu, makan tanpa piring tak mau.... kucing mana pula kau. Ber-peradaban.... kkkkwwwkkk.... jadi teringat istilah antropologi abad 18-19 civilization dan uncivilization. Uncivilization barangkali sudah tak dipakai lagi hari ini karena bisa bermakna penghinaan serius. Sesederhana apapun sebuah komunitas mereka tetap punya peradaban yang tentu sesuai lingkungan dan kegiatan mereka. Bila di masa lalu orang Barat bertepuk telah memperkenalkan peradaban bagi Asia-Afrika, hari ini harus ditafsir lain sebagai Barat memperkenalkan gaya hidup berbeda. Kembali ke kucing tadi rupanya anakku telah me"civilization"kan kucing untuk malu makan seperti kucing kebanyakan. Dia harus makan berpiring, sekalipun sekedar piring plastik.

Monday 16 April 2012

25 Detik Nulis ttg Gang Motor

Ya Tuhan.... kenapa kau lahirkan aku di negeri yang demikian lemah..... Negara sebesar ini dengan sumber daya alam melimpah, kondisi geografis strategis, SDM luar biasa, anggaran negara membeludag, pemikir2 hebat yang buku laris hingga di luar negeri, dlll. tapi negeri ini tak mampu kendalikan GANG MOTOR. Ini kan masalah terlalu kecil untuk sebuah negeri berdaulat yang katanya mampu usir penjajah Barat di masa lalu.  Negeri sebesar ini dengan segala sumber daya yang ada tak mampu keluar dari kepungan gang motor? Aneh.
Aku merasa terlalu malu Tuhan, kenapa kau lahirkan aku di negeri semacam ini. Balap liar yang sering berujung kerusuhan gang motor lengkap dengan pola rekruitmen "para-militer" mereka cuma dijaring pake UU lalulintas?  Kalau melakukan kriminalitas kita bisa tindak tapi kalau sekedar berkumpul di jalanan atau balapan liar cuma bisa dijaring dengan UU lalulintas kata Polisi.  Padahal kumpul2 mereka dan balapan liar itu sumber awal kriminalitas gang motor.
Udah sekian tahun merdeka negeri ini tak punya undang-undang selaen KUHP warisan Belanda. Seperti tak ada usaha karena tak ada diatur dalam KUHP. Please donk ah, jaman Belanda nggak ada gang motor dengan aktivitas hari ini. Kalau ada paling  cuma gang si Pitung, satu dua grlintir aja. Ini gang motor terus menambah anggota hingga suatu saat bisa bermetamorfosis jadi laskar para-militer. Hallo..... pemerintah masih adakah????

Friday 13 April 2012

Subsidi BBM

Dirjen Perhubungan Darat mengklaim bahwa pada tahun 2011 saja mobil pribadi di nusantara menyedot anggaran hingga Rp. 77,9 Triliun dari 165,2 Triliun subsidi BBM yang dikucurkan APBD. Pertanyaan menarik adalah angka sebesar itu kan cuma berputar-putar di Indonesia saja, bandingkan bila BBM subsidi tak ada lalu mereka harus beralih ke Pertamax yang produk impor berarti akan ada Rp. 77,9 Triliun yang rutin mengalir ke luar negeri.

Tanpa Judul

Ayah, tidur udah malam... Ah jangan bikin aku menangis anakku. Seharian tiap hari kau sudah mengurusi aku. Harusnya kan aku yang urus engkau. Ayah internetan terus.... mandi nanti berangkat pagi, ayah baju jangan itu udah sering dipakai, ayah ikat pinggang nggak masuk lubang belakang, ayah krah kanan masih berdiri, ayah sisiran, ayah teh belum dihabisin, ayah retsluiting tas kebuka, ayah ada sms, ya Allah sudahlah anakku..... kau masih 5,7tahun terlalu belia untuk dewasa, terlalu dini untuk memanggul tanggung jawab itu. Biarlah aku uzur sebelum masa tapi jangan kau. Wahai permata hatiku.... jadilah seusiamu, bermainlah Nak.... itu duniamu.

Sunday 8 April 2012

Ketika Cinta Mengeluh



Aku terlibat banyak urusan orang yang sungguh bukan urusanku,
Aku selesaikan masalah mereka dengan kepala dan tanganku,
Aku masuk pusaran setan masalah orang terlalu jauh dari seharusnya aku,
Aku manusia biasa yang pula punya lelah, hari ini benar penat aku, 
Sementara tak seorang pun bisa selesaikan masalahku,
Cuma Allah yang temani aku dalam masalahku.

Keluh Cinta Alirkan bincang:
K: Wahai cinta, apakah kau bicara tentang kumbang merindu ini
C: Sedikit..... tapi lebih banyak tentang serangga lain
K: Bicaralah pada kumbang ini apa gundahmu
C: Tak kan ada yang bisa selesaikan gundahku kecuali aku dan Tuhanku
K: Kau bantu serangga di belantara ini sementara tak ijinkan mereka membantumu
C: Gundahku adalah untuk ku dan Tuhanku
K: Kalau begitu istirahatlah
C: Ku tak mampu katupkan mata sementara gundah terus mengganjal
K: Tutuplah matamu malam ini sementara ku kan mengetuk langit untukmu nanti.

Sunday 1 April 2012

Pemerintahan Neo Kolonialisme

Kalau banyak orang mengistilahkan pemerintahan Indonesia sebagai penganut Neo-Liberal, aku justru lebih cocok mengistilahkannya sebagai pemerintahan Neo-Kolonialisme.  Mari fokus pada persoalan BBM saja yang akhir-akhir ini lagi marak. Pemerintah bilang bahwa BBM di Indonesia sudah langka sehingga harus import dari luar negeri dengan subsidi. Bila tak berhemat tentu import akan semakin bengkak. Dilihat dari peta pengelolaan seluruh kilang minyak yang ada di Indonesia tampak bahwa pemerintah Indonesia hanya mengelola 20% saja sementara sisanya dikelola swasta. Dari 80% pengelola swasta ini 90% adalah perusahaan asing. Logika sederhana kalau BBM Indonesia memang habis kenapa Caltex, Chevron, Petronas, Shell, dll. nggak hekang dri kemaren-kemaren he...he... Mereka mengksplorasi sumur minyak di Indonesia dan menjual untuk pemerintah Indonesia. jadi kalau Pertamina kita kasih subsidi mencari minyak itu bukan mengeksplorasi sendiri melainkan buat belanja BBM ke luar negeri yang alih-alih bukan berangkat ke luar negeri buat beli minyak melainkan memohon diperbolehkan beli di negeri sendiri.  Tinggal buka kran. Analogi sederhana adalah harus bayar ke tetangga bila mau makan di rumah sendiri. Suasana yang mirip terjadi jaman Sunan Amangkurat yang memadamkan pemberontakan di negeri sendiri dengan tentara Belanda. Konsekwensinya itu harus dibayar dengan makin menciutnya tanah kasunanan. Sebuah ralitas yang terjadi pada semua kerajaan Indonesa di era kolonialisme. Ah.... malu tak tertahan bahwa aku masih jadi bangsa "inlander" bangsa pribumi yang dikuasai. Parahnya ini justru terjadi ketika rakyarnya sudah sedemikian dewasa memperjuangkan kehidupan diri sendiri (MADANI) justru pemerintahnya masih bergaya kolonial. Benar-benar negeri kaya yang bodoh. Kalau Somalia boleh lah kita nggak enak bilang bodoh karena memang tak punya SDA apapun kecuali  gurun kering.

April MOB

Sisa kisah "ngamen" sosialisasi STAIN Salatiga di MAN Kab. Purworejo, Jateng. Usai ngamen maksud hati mau misah dari rombongan buat maen ke Jogja. Menurut sejarah, kakek dulu pernah naik kereta api dari Purworejo ke Jogja. PD ayunkan langkah menuju stasiun Purworejo yang kata orang letaknya di situ. Sebuah stasiun kecil tapi indah dipandang karena cat baru dan bersih luar biasa. Tapi jujur itu malah bikin ragu. Mengapa tak ada satu nyawapun di dalam stasiun ini? Olala... ternyata ini cuma museum bisu tak berpengunjung. Lha mobil2 parkir di depan ternyata konsumen warung makan sebelah. Adakah kereta nanti lewat? "Oh itu dulu Om, waktu jaman Belanda...." Apes dah gue... April MOB.... April MOB...

Tuesday 27 March 2012

Negarawan di Negeri Madani

Terpukau dialog Metro TV bertajuk Negarawan yang dipandu host Sutisna Winata. Ada Dahlan Iskan (tokoh 1), Mahfud MD (tokoh 2), dan Anis Baswedan (komentator ilmiah). Luar biasa bikin susah mata telinga berpaling. Maaf... maaf... pipis pun harus tertahan hingga iklan berkunjung. Banjir dukungan dari FB dan tweeter pemirsa pada dua tokoh "negarawan" itu, ah sudah pasti. Ada yang sampai comment, "...butuh 1000 Dahlan Iskan untuk perbaiki Indonesia!" Waduh tuh orang saking terpana sama acara ini kali, tapi itu kultus individu! Kultus individu idealnya tidak subur di bangsa MADANI. Ingat bahwa Indonesia memimpikan tumbuh sebagai bangsa Madani sejak reformasi bergelut. Masyarakat Madani tidak menunggu satu tokoh hebat (Ratu Adil) datang memimpin mereka melainkan mereka-lah ratu adil-ratu adil itu.
Pagi yang cerah tak seperti yang sudah-sudah. Ku meluncur dengan Astrea butut-ku ke tempat kerja dan antar sekolah anak. Namanya juga Salatiga aneh bila tak ketemu tanjakan tajam. Sampai di tanjakan pertigaan Kembangarum ku berhenti di belakang Avansa silver buat ngantri nyeberang. Lama betul usaha nyeberang Avansa ini. Tiba-tiba anak 5,5 tahun-ku ngebaca keras tulisan di belakang: "BE-LA-JAR". Hmmm... aku tersenyum sendiri membayangkan belajar mobil ketika masih SD sempat nabrak garasi. Hasilnya SMP aku udah keliaran pake mobil ke luar kota. Tapi tiba-tiba lamunanku buyar sendiri dan langsung memutar gas di setang buat nyalip itu AVANSA. Aku lihat dari kaca samping, sopir dan instruktur tampak panik karena mobil mendadak mundur...... Setidaknya 2-3 meter mobil mundur sebelum handrem ditarik, ah itu tepat di mana aku berada tadi. Good job "Aji" feeling yang bagus. Setidaknya pagi ini aku udah lakukan dua hal, pertama Astrea bututku tidak terlipat jadi dua dan kedua, pengemudi bisa lanjutkan belajarnya dengan tenang. Nah yang jengkelin instrukturnya, masa mobil mundur masih ngurusi abu rokok jatuh di celana. Aku juga suka rokok tapi nggak segitunya kali....

Friday 23 March 2012

Anda usia 40tahun ke atas atau setidaknya menjelang? Masihkan memikirkan kebutuhan diri sendiri? Keluarga sendiri? Berdoa pula sebatas meminta untuk diri sendiri yang tak pernah cukup? Lalu kapan untuk orang lain? Mari sama-sama belajar untuk bermaanfaat lebih luas, karena Tuhan janjikan bila kita urus makhluknya maka Ia akan ambil alih urus kebutuhan kita.

Wednesday 21 March 2012

Kami Sayang Negeri Kami

Kerabat2 aku yang udah sejak perang kemerdekaan tinggal di Belanda selalu khawatir bila hendak berkunjung ke rumah. Hallo di sana malaria lagi musim kah? demam berdarah bagaimana? lalat? Ah kami hidup dengan semua itu setiap hari dan aku bisa hidup sampai 38 tahun hari ini kenapa kalian bingung. Formalin makanan kami, minyak goreng curah sudah dicampur olie bekas yang kami tak tahu juga masuk, gorengan yang dimasak dengan masukan plastik2 bekas tersantap, aneka pengawet, perasa, pewarna berbahaya kami konsumsi sejak bayi. Apa yang kalian bingungkan untuk datang? Ya Allah apa lagi ini, ada lagi sekarang berkembang di negeri ini serangga "tomcat" berbisa sekuat ular di malam hari. Udah lah kalian nggak usah datang ke negeri yang penuh bahaya ini. Kalau ditanya kami masih bersyukur tidak dilahirkan di Somalia. 

Saturday 17 March 2012

Tips Mengatasi Modem Smart Panas

Saat memutuskan beli modem Smartfren EVDO biasanya orang tergiur harga hardwere dan paket nya yang menggiurkan. Kecepatan buat Facebook dan browsing normal lumayan sih tergantung daerah. Kalau untuk download Smart punya dua macam paket (yang aku tak hafal) berdasarkan kecepatan. Pendek kata paket ekonomi dan eksekutif-lah. Persoalan baru muncul bila kita pengguna paket-unlimited yang maniak online. Rasanya makin hari kinerja modem makin lemot bahkan tak sanggup buka lembar chatting di FB. Sementara orang biasanya berpikir mungkin sudah waktunya isi pulsa walam belum habis. Ada bahkan yang berpikir jangan-jangan FB ada hacker. Orang bahkan mulai maki2 semboyan "life smart stop hidup lelet". Beberapa hari lalu aku coba bongkar tutup modem smart putih dan keluarkan microchip smart-nya lalu buat diamati. Ternyata kartu microchip Smart aku rada bengkok dan rada lumer. Ternyata itu karena panas tinggi ketika difungsikan. Kartu microchip Smart yang terbikin dari plastik ternyata rentan panas hingga bengkok. Dua hal yang kemudian ku pikirkan: 1. aku harus turunkan suhu panasnya ketika dipakai dan 2. aku harus bikin kartu tetap lurus tidak bengkok biar menempel sempurna pada modem. Di dunia ini yang aku tahu cuma keramik dan aluminium yang mampu membuang panas cepat. Akhirnya aku cari uang Rp.100,- aluminium dan karet gelang. Koin ku taruh di atas kartu lalu dikaretin kuat-kuat. Hasilnya? Seperti baru sampai karet gelang putus dan diganti. Lalu tutup modem gimana? Ya gak usah dipakai alias harus pilih tampil cantik mulus tapi lemot atau tapo-tapo (bahasa Makasar untuk kondisi parah) tapi sinyal bagus. Kalau aku pilih sinyal OK. Selamat mencoba...... 

Friday 16 March 2012

‎"Selamat Datang Orang Tua/ Wali Mahasiswa...."

"Selamat Datang Orang Tua/ Wali Mahasiswa...." Jujur aku risi kalimat ini karena jaman aku kuliah dulu tak ada begitu rupa. Mahasiswa bukan anak-anak lagi yang tanggung jawabnya masih harus dipeluk-peluk orang tua atau wali. Tradisi kuliah di Barat orang tua cuma kasih dana sekolah sampai SMA, habis itu orang akan bekerja sendiri buat tabung dana kuliah. Kerja-kerja partime rela mereka lalui demi predikat sarjana. Di dunia Timur masa lalu bahkan orang nyantri atau nyantrik bertahun-tahun sambil bekerja pada Tuan Guru. Beruntung bila berbakat ia dapat rekomendasi belajar pada guru Sang Tuan Guru atau setidaknya ke negeri tempat Tuan Guru belajar dulu. Lebih kontras lagi bila disejajar tradisi "kuliah" Yunani kuno, sekedar mirip studi club dimana mereka berkumpul karena ghirah pada ilmu pengetahuan tanpa paksa di sela waktu istirahat kerja. Hhhmmm... telah terjadi degradasi nilai serius rupanya. 

Wednesday 7 March 2012

Studi Banding Tetangga Pendawa

Sebuah kerajaan kecil yang mulai mengeliat di dekat area tanah perdikan Pendawa berminat studi banding ke kerajaan Pendawa. Kerajaan kecil ini terpukau oleh kemashuran Pendawa yang selalu menang perang melawan kerajaan Kurawa walau hanya ("tampak") digawangi 5 gelintir kesatria saja. Surat permohonan ijin pun dikirim dan pada hari H studi banding utusan kerajaan kecil ini pun membuka pembicaraan dengan pertanyaan, "Sebenarnya apa yang membuat kerajaan Pendawa selalu menang perang melawan Kurawa, apakah ada kiat-kiat khusus? Adakah dokumen-dokumen ajaran kanuragan atau strategi perang rahasia yang bisa kami copy untuk pelajari?" Perwakilan kerajaan dengan bingung pun berusaha menjawab kegusaran utusan kerajaan kecil itu, "Wah begini, lakon perang Pendawa dan Kurawa itu sudah kami jalani terlalu lama, berabad-abad malah, dan kami sudah tak tahu lagi kenapa sang dalang selalu memenangkan kami.... Lalu tentang dokumen-dokumen itu kami juga tak tahu lagi apakah masih ada atau pernah ada atau jangan-jangan kami tak pernah memilikinya, kami juga sudah tidak tahu." Sekedar mengulur waktu utusan kerajaan kecil pun bertanya kembali, "Sekedar untuk kenang-kenangan saja agar kami bisa belajar sedikit (ngangsu kawruh), kalau ada proposal pendirian kerajaan Pendawa kami juga mau atau sekedar copy sertifikat kerajaan juga boleh, pokoknya apa sajalah nanti kami copy." Sontak punggawa kerajaan Pendawa pun makin kebingungan, "Kalau kami punya tentu boleh, pasti boleh, tapi persoalannya kami sudah tak menyimpan lagi.... atau kami memang benar-benar tak pernah memilikinya.... tanpa itu pun kami masih tetap dimenangkan oleh dalang atas Kurawa. Mohon jangan ditanya lagi, kami benar-benar tak punya dokumen semacam itu."

Sunday 4 March 2012

Dahlan Iskan menuju RI 1

Cape punya presiden sekedar gagah. Cape punya presiden yang sekedar punya presiden. Pingin rasanya punya presiden yang beda. Hari ini lagi terpukau berat pada nama satu orang ini. Semoga jadi presiden Indonesia nanti. Semoga tidak berlebihan bila aku bilang, "dukung Dahlan Iskan menuju RI 1" 
sumber foto:
http//ber1t4trbaru.blogspot.com/2011/12/dahlan-iskan-menuju-ri-1.html?showComment=1330452478455#c2239742236514416277

Tuesday 28 February 2012

Di Suatu Sore Ini

"Yah, ke tempat Aya yo...." Kenapa? "Maen... tapi bawa sepeda..." Kenapa harus bawa sepeda? "He.., Aya itu belum bisa naek sepeda..." Sok tahu.... ngerti dari mana? "Iya.... orang dia nggak boleh naik sepeda sama ibunya. Aya jangan naik sepeda nanti panas lagi... gitu... ayo Yah." Kamu mau pamer, nggak boleh kaya gitu. "Ngggaaaak.... pokoknya main ke Aya!!!!" Iya...iya... kenapa harus teriak sih. Mobil 4WD jadul meluncur dengan sepeda di atap. Nyampe rumah Aya, "Ayo sepeda diturunin..." Sebentar, bertamu itu ketok pintu dulu bukan bongkar sepeda. Waduh ternyata pas ada tamu juga di rumah si Aya. akhirnya sepeda jadi diturunkan dan doi berusaha tampilkan betapa jago naik sepeda. Rupanya si Aya yang dibilang nggak bisa naik sepeda juga keluarkan sepeda dari garasi. Wajah doi tampak sedikit kecut, aku tahu itu karena kecewa --ada realitas tak sesuai prosedur bayangan di kepala. Aya yang selama ini kalau bersepeda bakal panas ternyata sore ini tidak, lebih jago malah. Wajah kecut itu rupanya dibawa hingga perjalanan pulang. Aku diam aja sih, sampai, "Yah... kok Aya bisa sepeda?" Putriku, orang tidak selamanya lemah, orang bisa saja raih prestasi manakala ada ruang yang cukup untuk berkembang. Mungkin akhir-akhir ini dia dapat ruang yang cukup. Jangan anggap kecil orang karena kau besar kini. Boleh jadi, orang justru telah berusaha keras untuk besar saat kau tidur. Jangan pernah sombong lagi ya... dah sekarang mau makan apa, nyari yang enak. "Angkringan (hek) yah..." Lho kok ngkringan? Yang bergizi sedikit lah.. Restoran Padang kah, Awas Ada Sambel, atau Mie Jawa gitu... atau Gemak Gaul, enak kan??? "Jangan sombong Yah...... angkringan aja murah."

Monday 27 February 2012

Baksos Selarong

Offroad adventure di belantara pegunungan Selarong Bantul memang memanjakan mata. Di masa lalu Diponegoro lalui jalan terjal bebatuan ini dengan kuda sementara kami dengan jangkrik. Nggak kesulitan sih cuma deg-degan aja ketika di sebelah ada jurang 7m dan disebelah lain bukit padas sementara jalan setapak cuma 2,5m. Dapat titipan anak2 teman musti ekstra jadi guru taman kanak-kanak sambil offroad, ini yang lebih menantang. Ketika anak2 tampak takut dan tegang aku minta mereka "siaran" nyanyi lagu anak2 di radio reciver HT (terserah yang denger sepusing apa he...he... yang penting anak2 heppy). Aduh sayang nggak ada fotografernya. Seandainya bisa pinjam "Trikopter-nya Habibie dari Selokan Mataram" (lihat Eagle Awards - METRO TV) pasti bisa di video kan dari sisi jurang. Kalau 30 mobil pasti tampak mirip barisan rayap kayu. Bisa masuk civil journalism metro tv itu he..he... Benar-benar terisolir, jadi nggak percaya masih di Jogja, gimana di pedalaman luar Jawa ya... Alhamdulillah bisa nyampe juga lokasi baksos, "biar sedikit-kecil maanfaat" tapi kami berbuat, dari pada ngomong doang demi rakyat atau sekedar prihatin.

Friday 24 February 2012

Neo-BLT

Judul ini mungkin cocok jadi judul headline hari ini. Saat ini pemerintah sedang serius menyiapkan bentuk kompensasi kenaikan harga BBM terkait naiknya harga minyak mentah dunia. Kenaikan harga minyak mentah di dunia sendiri sebenarnya lebih dipicu oleh ketegangan di Iran dengan Eropa. Versi pemerintah mengatakan stock sumur minyak dalam negeri tak mampu mencukupi kebutuhan rakyatnya sehingga mereka harus mengimpor sekalipun dari kilang sendiri juga. Alhasil impor ini harus ditanggung masyarakat dalam bentuk kenaikan harga. Nah yang menarik adalah perbincangan tentang kompensasi ini. Bola panas yang belum jelas ini tampaknya sudah buru-buru dishare melalui jumpa pers. Hasilnya bisa ditebak masyarakat akan kembali menuai dua kali goyangan. Goyangan pertama adalah ketika isyu ini bergulir memicu kenaikan harga dan goyangan kedua adalah ketika harga BBM benar-benar naik. Menarik lagi kompensasi kenaikan BBM ini rencananya akan diberikan kepada rakyat ekonomi rentan sebagaimana BLT di masa lalu. Kalau sudah begini perangkat desa, kelurahan, RT dan RW musti siap-siap karena mereka adalah ujung tombak program-program "Robinhood" semacam ini. Tentu mereka juga harus siap mengalami konflik dengan masyarakat terkait ketidakpuasan distributsi. Semoga program ini tidak berujung memperkeruh konflik sosial di daerah yang sudah meninggi.  

Saturday 18 February 2012

Bimbingan Akademik

Bimbingan akademik kemaren terasa lebih menggigit. Seorang mahasiswa mengaku resah sudah umur 22 tahun masih belum berkarya apapun. "Rasulullah di usia 20 tahun sudah sukses berdagang sampai negeri Syam Pak." Waduh seperti terlempar ke bulan Ramadhan saat saksikan acara jejak Rasul Metro TV sebelum subuh. Hermeneutika sirah akhirnya menjadi andalan menyikapi situasi ini lalu aku bilang kalau saat itu STAIN Salatiga sudah ada mungkin Rasulullah pilih kuliah dulu karena banyak beasiswa. Ada beasiswa bidik misi lagi. Lalu dia curhat, "Saya ingin kuliah biasa-biasa saja, sedeng-sedeng aja tapi sambil berkarya dan sukses." Aku jawablah kenapa kamu batasi menanam tanaman kecil saja sementara kamu tak kuasa mengukur betapa luas lahanmu. Kenapa niat musti dibatasi? Kenapa tidak kuliah luar biasa dan sambil berkarya pula sukses? "Wah kalau hebat dua-duanya berat Pak." Aku jawab beratnya berapa ton, apa kamu pernah coba angkat? Dia ketawa lalu bilang, "Ya belum." Lalu dari mana tahu berat aku bilang. "Ya Pak, saya paham... tapi ada soal lain mengganggu saya, menurut Bapak apa itu kreatif? Saya ingin melakukan hal yang kreatif seperti orang-orang sukses di KickAndy, gimana menemukan kreatifitas itu." Waduh sekali ngomong pertanyaan diborong untung aku penggemar KickAndy bukan sinettron. Aku bilang, tokoh-tokoh yang kau lihat di KickAndy itu tidak memulai pekerjaannya dari "memikirkan apa itu kreatifitas". Mereka cuma melakukan sesuatu yang mereka bisa lakukan dan orang melihatnya sebagai kreativitas. Jadi kreatif itu label yang disematkan orang atas dirimu karena kamu berkarya dan terpublikasi. Kreatifitas bukan kau sematkan sendiri seperti beli piala lalu cerita ke orang bahwa kau menang lomba. So kalau kamu mau mau dikenal kreatif lakukan apa yang kamu bisa, setidaknya sejarah akan merekammu sebagai orang yang mau berusaha. "Satu lagi Pak, kreatifitas apa yang bisa saya buat?" Satu tapi kaya kereta api jawabnya lalu aku bilang bahwa itu tugas kamu menemukan bukan aku. Kau sampai hari ini sudah melakukan apa? "Saya hobby bikin cerpen dengan bahasa gaul Pak semua saya tulis di webblog pribadi." Aku bilang kenapa kamu nggak keluar rumah? Kenapa nggak share ke orang-orang yang punya blog sejenis atau punya hobby sama,kenapa nggak kau kirim ke majalah atau koran, kenapa nggak kau tawarkan ke penerbit, kenapa nggak ikutan workshop atau perkumpulan cerpenis? Mulai sekarang kataku print contoh-contoh karyamu, siapkan selalu ada dalam tas kemana pergi, temukan kenalan jaringan cerpenis dan aneka publikasi, lalu tunjukkan karyamu. "Mereka pasti menerima Pak?" Jawabku "nggak" mereka pasti akan menolakmu! "Lalu sampai kapan berhasil?" Aku jawab sampai Tuhan melihat kau tak lelah berusaha.

Saturday 11 February 2012

Balada ATAPER

PT KAI wilayah JABABEKA tampaknya makin pusing dengan ulah penumpang komuter KRL yang gemar nangkring di atas atap gerbong. Banyak alasan mengapa para "ataper" ini gemar nangkring di atap gerbong. Tak ada duit, berburu waktu cepat sampai tempat kerja, males berdesakan di dalam gerbong, dll. Atau mungkin juga pingin berlatih keseimbangan dan adu keras kepala dengan bola-bole beton yang digelantung PT KAI menjelang masuk stasiun. Sebenernya masalahnya sederhana, armada PT KAI sangat kurang sehingga tak sanggup melayani "populasi" komuter dengan aktivitas mereka tiap menjelang dan pasca jam kerja. PT KAI tak sanggup menambah jumlah pemberangkatan karena keterbatasan rel. PT KAI juga tak sanggup menambah gerbong tambahan. Lalu Aku berpikir kenapa tak sebaiknya bikin gerbong tingkat aja. Pertama, bisa menambah daya tampung penumpang dan kedua, melindungi hobby para ataper yang gemar nangkring di atap. Tapi setelah aku pikir-pikir lagi yang namanya hobby itu kuncinya gemar dan sekalipun udah di atas tapi kalau didalam gerbong namanya bukan ataper melainkan "gerbong tingkater". Ataper sejati mungkin akan terus memanjat hingga benar-benar di atas atap gerbong, menikmati nikmat berkereta api beratap langit biru. Mungkin gerbong KRL dibikin tingkat 4 pun bakal sia-sia ya.... jadi lupa hidup di Indonesia.