Saturday 26 November 2011

save our earth

Ayah, kata guru kita harus tanam pohon minimal satu orang satu pohon," kata anakku. Aku jawab, "Sudah kan, malah lebih itu kita punya 4 pohon, 2 besar, 1 tanggung, dan 1 lagi masih kecil." Lalu anakku protes lagi, "Tapi orang lain nggak bgituuuu....!" 
Waduh susah kalau udah ngurus orang lain. Aku pikir berbuat mulai dari diri sendiri sudah lebih dari cukup untuk gerakan save our earth, tapi tidak untuk anak ini. Anakku belajar di sekolah alam yang demikian peduli dengan urusan ekologi. Sebuah sekolah yang kurang lebih punya misi serupa dengan yang pernah aku lihat di Thailand. Sabarlah wahai anakku, engkau baru mulai berhadapan dengan dunia nyata yang berbeda dengan idealisme kita. Tidak semua orang sempat memikirkan bumi tempat mereka tinggal.

Thursday 24 November 2011

Jangan Perolok Perempuan Single Parent

Sedih melihat comment di Facebook kemaren. Menjadi perempuan single parent bukanlah pilihan melainkan reaksi atas persoalan pribadi dan keluarga yang tidak mungkin dipahami orang. Angkat topi bagi para single parent atas perjuangan dan konsistensi mereka memikul dua peran sendirian untuk sisa keluarga. Tidak sepantasnya orang memposisikan -nya sebagai komoditas olok-olok terlebih dalam Facebook. Para perempuan single parent adalah orang-orang hebat lebih dari kita yang biasa berbagi peran dalam merawat keluarga.

Saturday 19 November 2011

Raja Yang Mengemis

Republika Jumat, 18 November 2011 menurunkan hadline ASEAN Jangan Jadi Korban. Yang dimaksud korban di sini adalah korban krisis global yang melanda Eropa dan Amerika sebagaimana pidato SBY pada 19'ASEAN Summit di Bali. Apakah aku yang bukan orang ekonomi makro ini berpikir terlalu minim? Tampaknya terlalu berlebihan bila ASEAN menghawatirkan krisis di Barat akan menular ...hingga Asia. ASEAN seperti cita2 Bung Karno justru didesain untuk mampu hidup mandiri tanpa "hegemoni ekonomi" Barat. Kerjasama ekonomi internal kawasan Asia Tenggara ditambah Asia secara keseluruh dengan bangkitnya China, Korea dan Jepang sebagai patron baru sepertinya lebih dari cukup buat memacu pertumbuhan ekonomi ASEAN.
Aku pikir menerima kedatangan Obama dan mengambil tanpa syarat agenda2 kapitalis-nya adalah (ber) korban yang sesunggguhnya. Obama datang dengan agenda meyakinkan ASEAN bahwa krisis moneter di Amerika dan Eropa adalah masalah global (dunia). Sebuah kepentingan internal yang dipaksakan sebagai kepentingan dunia. Dipandang dari sisi komunikasi Obama justru tampak (sedang) mengemis bantuan dalam rangka recovery ekonomi Barat pada ASEAN. Urusan rumah tangga sendiri minta orang lain yang bereskan. Giliran jaya mereka hanya berbagi sisa-sisa potongan pajak perusahaan besar. Bila ASEAN menerima mentah agenda ini berarti ASEAN tetap menjadi korban. Tak ada artinya seruan jangan menjadi korban bila telah menjadi korban yang sesungguhnya.

Saturday 12 November 2011

Jangan Mengeluh

Hari ini seorang teman mengeluh betapa capek ia mengurus anak-anak dan berharap anak cepat tumbuh dewasa dan lulus kuliah. Aku bilang sama dia bahwa percayalah proses itu bisa dinikmati indahnya dan terlalu mahal untuk dilewatkan hingga kelak hari kita mengenangnya.

Remaja & Hobby

Remaja mengamuk di jalanan adalah tanda mereka kurang sibuk dengan aktivitas positif. Hobby penting bagi remaja untuk membatu menemukan arah hidup. Di balik hobby mereka punya orientasi, percaya diri, cita-cita, teman, dan peergroup yang berkualitas. Persoalannya tidak banyak remaja mampu temukan hobby-nya sendiri. Sebaliknya mereka sering tak tahu bahwa menyukai atau akan menyukai sebuah hobby. Solusinya jelas bukan ditanya apa hobby-mu melainkan orang tua membantu mereka mencari, menemukan dan mendekatkan remaja pada hobby tertentu yang terjangkau dan lakukan bersama. Titik ini adalah yang tersulit karena diperlukan keleluasaan waktu berdua dan keberanian. Remaja cuma ingin didengar sambil beraktivitas bukan dinilai dengan nasehat yang "parsial-generasi". Sedini mungkin adalah jawaban atas pertanyaan kapan sebaiknya anak dikenalkan pada hobby. Semoga kontemplasi ini bermaanfaat.........

Papua oh Papua

Kebijakan terlambat ini telah merogoh kocek pemerintah Indonesia sekitar Rp 29 triliun selama tahun 2002-2010. Pada kurun waktu ini pula, total dana menguap hasil temuan BPK mencapai Rp 4 triliun lebih. Dana yang terserap untuk daerah hanya 5%, itu pun masih bisa diperderdebatkan. Lalu masyarakat dapat apa? apakah mereka mendapat yang dibutuhkan? Penyelesaian dialog? Dialog apalagi kalau hanya melibatkan segelintir elit masyarakat yang tak berakar. Penelitian tentang Papua sudah lebih dari cukup untuk meledakkan gedung perpustakaan. Yang diperlukan adalah luangkan waktu untuk duduk membaca dan merumuskan jalan keluar.

Thursday 3 November 2011

Periode Emas Orang Tua Menanamkan Pengaruh pada Anak

   Sekuat apapun orang tua berusaha mempengaruhi anak, orang tua hanya punya waktu hingga anak berusia 14 tahun saja. Setelah itu anak akan lari pada sebaya (peer-group). Pembentukan karakter dan pola kedekatan dengan anak hanya punya waktu sependek itu. Setelah itu peer-group akan menggantikannya. Banyak orang tua merasa terhenyak memasuki periode ini. Sebenarnya ini proses wajar. Menarik kuat-kuat anak dalam lingkaran hegemoni pengaruh orang tua boleh jadi malah berakibat anak makin berlari. Satu-satunya harapan adalah percaya bahwa anak akan kembali ke pangkuan orang tua saat mereka membutuhkan. pada saat itulah orang tua harus siap. 
   Sekuat apapun hegemoni kasih sayang orang tua pada anak, mereka akan tetap lari pada peer-group. Tapi kedekatan yang dirintis sejak 0-14 tahun tak akan menguap percuma, saat peer-group tak menyediakan solusi, anak akan merunut kembali jalan pulang. Permasalahannya banyak orang tua menyiakan 0-14 tahun ini, mereka tak membangun jalan kumunikasi yang baik sehingga saat anak membutuhkan orang tua, mereka tak bisa pulang.