Friday, 8 June 2012

Salah Tak Rasa Salah


Jalanan makin tak aman. Semalam ada motor tanpa lampu ngelintas kenceng bener ampe hampir nubruk. Bila jumpa satu motor itu masih bisa dibilang kebetulan tapi ini berkali. Begitu pula malam-malam sebelum ini. Kayanya apa emang life style hari ini kale. Anak muda suka sebut free-style buat tindakan "postmodernisme" berkendara motor alias acak2an. Kadang heran juga motor-motor baru tapi masa lampu putus? Lampu aus korban peraturan lampu harus nyala siang atau emang nggak dinyalain? Klo emang life style ya mati dah.... rontok sistem budaya adiluhung yang pernah kita punya. Saat ku kecil orang mengendara motor tanpa lampu masih tahu diri dengan jalan pelan. Mereka justru ngerasa bersalah. Sayang Hari ini seolah rasa itu udah lenyap: udah salah pakai motor lampu mati justru jalan kenceng lagi. 
Btw soal rasa bersalah telah lenyap hari ini..... seperti ada kaitan dengan konsep jagat gede-jagat cilik (dunia kecil-dunia besar) yach....... Perilaku jalanan adalah jagat cilik sementara apa yang dicontohkan para pesohor pengampu negeri adalah jagat gede-nya. Pejabat atau artis berbuat mesum gak mau ngaku atau sekedar mundur menghilang dari publik justru semakin menantang pembuktian media dan masyarakat. Pula demikian pejabat tersangka skandal korupsi tetap bertahan opininya sampai kondisi bener2 tak mampu lagi dikendalikannya. Mereka demikian gagah dalam jumpa pers dengan media dengan lambaian senyum bak selebriti atau tantangan garang dengan deret advokat dan bodyguard yang disewa. Bahkan dibalik terali pun masih lantang berkukuh diri sebagai korban konspirasi. 
Sungguh PR yang terlalu berat buat perbaikan budaya bangsa yang sudah terlanjur runtuh ini. Itu pun bila ada yang masih peduli mau dan ingin memperbaiki. Bagaimana kasus Century? Ah siapa peduli... apalagi fenomena kekacauan budaya semacam ini. Semoga bangsa ini tidak terlanjur terbiasa dengan segala sesuatu yang tak pernah selesai.

No comments:

Post a Comment

Beri komentar: