Diskusi tentang harga diri di Jepang di TV One malam ini sangat menarik. TV One mengupas kontradiksi dalam pemaknaan harga diri orang Jepang. Ditampilkan 2 tokoh kontroversi dalam tayangan itu: Rin Sakuragi (bintang film porno Jepang) dan Naoto Kan (mantan Perdana Menteri Jepang dari Partai Demokrat Jepang (PDJ)). Bagian mana kontroversinya? Pertama, kedua tokoh ini menampilkan pertunjukan kontroversial yang mengagetkan terkait pekerjaan masing-masing. Kedua, profesi keduanya juga saling berseberangan. Rin Sakuragi tokoh kontroversial sebagai bintang film porno skala internasional yang telah menggeluti pekerjaannya sejak usia 18tahun. Dia tidak malu bahkan bangga pada pekerjaannya. Sementara Naoto Kan adalah tokoh kontroversial sebagai PM yang hanya menjabat 8 bulan karena mengundurkan diri. Ia mengundurkan karena skandal diantaranya gagal mengusir pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa.
Kontroversi berlanjut ketika dua tokoh "kontroversi" ini disandingkan. Orang mungkin segera setuju bahwa sikap Naoto Kan menunjukkan ke-perwira-an ala Bushido. Ia mundur karena malu tidak mampu mengerjakan tugas. Pada masa lalu orang Jepang melakukan harakiri karena malu tidak mampu mengerjakan tugas dengan benar. Inti sikap bushido adalah “malu” dimana seseorang merasa tidak terhormat lagi dimata publik sehingga perlu melenyapkan diri sendiri dari publik. Kontroversi kedua terjadi ketika persoalan malu ini seperti tidak berefek pada kemajuan industri film porno Jepang yang bahkan telah go international. Masyarakat Jepang tidak bereaksi atas kegiatan ini, pemasaran dan produksi film konten dewasa ini tetap transparan dan bebas. Pekerja film memperoleh posisi sama dengan bintang film “normal”. Sayang, TV One tidak memberikan analisis atas sajian perbandingan dua tokoh populer ini. Penonton dibiarkan menggantung dalam kontroversi analitik masing-masing.
Sesungguhnya analisis tidak terlalu sulit dibangun dimulai dari istilah. Istilah malu dalam bushido sangat spesifik menunjuk pada menjalankan tugas, perintah, atau dalam mengemban kepercayaan. Bushido mengembangkan tata nilai “malu” bagi masyarakat Jepang bila gagal dalam tugas, gagal menjalankan perintah, atau dalam mengemban kepercayaan/ amanah. Bertelanjang di muka publik hingga seni berhubungan badan menjadi arena “hallal” dalam koridor “kerja”; dengan kata lain yang mereka lakukan dalam rangka bekerja-menjalankan tugas. Orang Jepang melihat konteks berbeda hubungan intim dalam kerangka industri dengan kasus hubungan intim awam di taman kota. Pekerja industri seks selaras mental bushido bila serius berdedikasi dan berprestasi dalam pekerjaan mereka. Kesimpulannya, kedua tokoh Jepang yang ditampilkan TV One bukan kontroversi dalam kepala orang Jepang. Naoto Kan undur diri karena malu gagal dalam tugas sementara Rin Sakuragi tidak malu karena menjalankan tugas.
No comments:
Post a Comment
Beri komentar: